Ibadah Haji; 30 hari mencari Cinta

 

(Sebuah Perjalanan Spiritual, bersua dalam pelukan Tuhan)

Bismillahirrahmanirrahim

Panggilan ibadah haji bagiku merupakan suatu anugerah besar disepanjang hidupku. Tiada terbandingkan, tiada terungkapkan, betapa ku sangat mensyukurinya. Terlebih panggilan ini mengiringi awal langkahku ditahun ke-empat studi al-Azharku. Selain demi memenuhi rukun Islam yang kelima, Kupikir, ini Sebuah kesempatan dan karunia besar dari Allah untuk bermesraan dan curhatan penuh bersamaNYA, meniti perjalanan ubudiyah ruhaniyah, berkontemplasi, serta usaha ikhtiyar tuk jelang masa depanku nanti.  

Alhamdulillah…Seminggu sudah aku sampai di Kairo dari perjalanan ibadah haji yang memakan waktu sebulan penuh ini. seminggu ini pula rasanya hatiku masih belum sepenuhnya berada di kairo. Perasaan kalbu yang merayap pada kegelisahan, kegundahan dan kerinduan yang teramat mendalam pada ‘Haramain’ (tanah suci Mekkah dan Madinah).  Hari-hari ini aku masih lebih senang berpikir dan melamun. Semangat belajarpun masih belum sepenuhnya kutangkap. sakit batuk dimalam hari masih kurasakan semenjak pulangku dari mabit di Mina hingga sekarang di Kairo.

Dimalam yang semakin merayap pada kesunyiannya, dalam lipatan selimut kabut udara dingin Kairo ini, tiba-tiba gundah gelisah hati semakin memuncak. Meskipun Buku diktat kuliah (muqorror) masih dalam genggaman, namun tak terjamahkan oleh pikiranku. Segera kuberanjak mengambil laptop kecilku, ingin kumenuliskan isi hati ini, berikut kesan dan pengalamanku, menjejaki setiap langkahku diTanah suci nan Agung. segera tanganku kembali menari diatas keyboard yang sekian lama tak kusentuh ini. rasanya lama sekali aku tak menulis..hingga aku merasa banyak kehilangan bendahara kata di file memori otakku. Tapi biarlah…ku ikuti arus gelombang alam pikiranku.

Pra Pemberangkatan

Seabrek aktifitas musim panas Kairo masih padat, membanjiri timing scedule ku. “duuh..tugas masih banyak, janji pada penuh, buku-buku masih bertumpukan di rak, mana kajian lagi bejibun, masalah datang silih berganti, BT, pengen pulang ke indo, bosan dan jenuh pun semakin melanda..belum lagi tiap kali nelpon keluarga, ortu selalu nanyain kapan aku berangkat haji nya…pusing dech..gimana coba?”, begitu aneka keluh kesah dan kebingunganku sekitar sebulan sebelum pemberangkatan.

Rasanya niat ku untuk haji masih belum sepenuhnya mantap. Masih penuh kebimbangan, selain karena aku tak mungkin menyisakan hutang tugas, akupun masih takut kuliah ku jadi absen. Lantaran tahun ini aku takhalluf (bawa satu materi kuliah) termin satu, dan yang lebih penting lagi, karena aku belum ada mahrom asli. Namun, sungguh  dukungan, motifasi, usaha dan semangat orang tua agar aku haji membuatku harus segera memantapkan niat Lillahi Ta’ala.

Seperti yang selalu didengungkan banyak orang, “hati-hatilah dalam melaksanakan ibadah haji, karena disanalah saat amal perbuatan kita dibalas olehNYA. Bisa dianalogikan, haji laksana yaum al-Hisab (hari pembalasan) “. Ada lagi, “itulah, kenapa kebanyakan artis lebih suka umroh daripada haji, karena saat haji, mereka takut menghadapi azab atas segala maksiat yang mereka lakukan didunia”, ku kutip dari obrolan salah satu temanku. Sedetik kemudian wajahku berubah pias, aku tersenyum kecut. Ah… rasanya, bagiku peringatan ini  kurang pantas disematkan, karena menjadikan ibadah haji tidak lagi bagian dari sakralitas ibadah yang selalu di elu-elukan, bukan lagi sebuah great event untuk bersanding dengan Tuhan, eh malah berkesan phobia dan menjadi suatu pekerjaan yang menakutkan. Sejenak aku berpikir, “Ya Rabb..jika demikian adanya, pantaskah aku datang kepadaMU dengan bekal lumuran dosa ini? layakkah aku, hambaMU yang hina dina, rendah dan kotor ini merangkak diatas permadani RumahMU nan suci?”. Siapalah yang lebih tau kadar dosa kita kecuali Allah. Sekalipun artis, penjudi atau pelacurpun bisa jadi dosanya lebih sedikit daripada kyai atau pemimpin yang ternyata dusta dan memakan uang rakyat. Selain itu, aku tetap berkeyakinan, “Sebesar apapun dosa hambaNYA, yakinlah, bahwa Ampunan dan RahmatNYA sungguh lebih besar dan melimpah, tiada satupun yang menandingiNYA”.

Kubulatkan tekad, “Rabb.. aku datang memenuhi panggilanMU”.

Haji, perjalanan kesabaran dan uji ketakwaan pada Tuhan

Itulah sejatinya!!! Kurasakan, tak ada satu jengkal perjalananku yang tak lepas dari ujianNYA. Mulai dari masalah pengurusan tashdiq untuk visa yang dipersulit oleh ablah kuliahku hingga dua minggu berturut-turut aku manggut-manggut saja dikampus demi menunggu mencairnya hati sang ablah yang dikenal paling sulit itu, juga imunisasi (vaksin flu babi) yang harus bolak-balik keliling rumah sakit seantero Kairo selama dua hari.

Belum lagi ketika masa pemberangkatan, fasilitas pun kurang memadai. Seperti terlantarnya kami (sekitar 200 mahasiswa yang satu pemberangkatan) di emperan toko-toko sepanjang jalanan masjidil Haram. Entah tiba-tiba supir Bus menurunkan kami dipinggiran jalan bersama koper dan barang-barang bawaan tentunya. Kaget, Bingung, letih !!! ya..itulah yang kami rasakan setibanya dinegeri seberang, Saudi Arabia. Tak ada tempat tinggal yang menyambut, jam sudah menunjukkan pukul dua belas  malam, terlebih kami masih dalam keadaan Ihram. Dua jam lamanya kami manggut-manggut saja, menunggu kabar dari travel yang tak kunjung jelas.

Akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan  umroh dahulu, berjalan sejauh dua kilo bersama koper dan barang bawaan menuju masjidil Haram. Lantunan lafadz ‘Talbiah’, “Labbaik Allahumma Labbaik..dst” menjadi kesejukan tersendiri, mengiringi derapan langkahan kaki, tuk menapaki tanah suci ini. 

Selanjutnya, ujian dan cobaan mental semakin berbondong-bondong  menghadang…apalagi dengan status mahasiswa yang notabene semua keamanan, kesehatan dan kebutuhan menjadi tanggungan sendiri. Namun, jauh dilubuk hati yang mendalam, aku sangat yakin, Allah tidak akan menelantarkan tamuNYA. Dengan modal keyakinan dan niat yang tulus, insya Allah setiap langkah akan ditemaniNYA J.

Pandangan Pertama-ku dengan Ka’bah

Sesampainya dimasjidil Haram, Subhanallah..!!! betapa megahnya..bak titisan Istana Surga. Keajaiban Masjid ini tak hanya dinilai dari sejarah dan ibadahnya saja, namun keunikan seni bangunannya yang memiliki 99 pintu inipun sungguh sangat menakjubkan. Sejurus mata memandang, nampak puluhan juta manusia berbaju putih menyemut mengitarinya, datang berduyun-duyun dari sentero jagad raya, berseru lantang penuh semangat, haru dan tangis demi memohon rahmatNYA  dengan seruan Takbir, Tahmid, ayat-ayat suci Al-Qur’an dan doa-doa.

Lantas kubergegas mempercepat langkah menuju arah Ka’bah. Bangunan kokoh persegi empat yang tak pernah lepas didampingi sang batu Surga, ‘hajar Aswad’ yang semerbak mewangi itu dan yang selalu setia bersanding dengan maqom Ibrahim as, tepatnya ditengah-tengah masjidil Haram. Spontan, jantung terasa berdetak lebih kencang dan perasaan hati semakin berdebar-debar. Allahu Akbar…dalam pandangan pertama, entah..air mata menetes begitu saja, badanku tiba-tiba merinding, kumenunduk syahdu, sambil kutengadahkan tangan menyambut keagunganNYA. Sungguh pandangan pertama yang teramat berkesan, tak kan lepas dari memori hidupku. “Rabb…inilah istana agungMU yang dibangun oleh nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail as. inipula pusat ibadah umat Islam sedunia, arah kiblat seluruh kaum muslimin”.

Bersama teman-teman, kumelaksanakan Thowaf Umroh tujuh kali putaran, dilanjutkan dengan Sa’i antara Shofa dan Marwah kemudian berakhir dengan tahallul. Alhamdulillah…berjalan dengan lancar, penuh sendu dan haru.

Saudi Arabia, Penjaranya kaum perempuan

Dua minggu pra pelaksaanaan haji, aku dan teman-teman yang sama-sama melaksanakan haji tamattu’ lebih suka menghabiskannya dengan banyak berdiam diri di masjidil Haram. Yaah…inilah yang menjadi kendala haji perempuan. “Saudi Arabia laksana penjaranya kaum perempuan”, itulah realitanya. “ disini, tanahnya saja yang suci, namun orang-orangnya tak lebih dari binatang yang liar dan ganas”, seru salah seorang pekerja asal Bangladesh. Dan aku baru menyadari, ternyata ketentuan adanya mahrom bagi perempuan bukan hanya sebatas hukum negara, namun lebih dari sebuah kebutuhan (kebutuhan yang teramat sangat). Hal ini tak lepas dari cara laki-laki Saudi memperlakukan kaum perempuan yang sungguh jauh dari norma-norma keislaman. “ May…Saudi bukan Mesir apalagi Indonesia..jangankan anak gadis, nenek-nenek yang sudah tua keriput pun mereka bernafsu. Pelecehan seksual sudah merajalela, perempuan kian menjadi mangsa kebuasan para pemuja syahwat yang bersarang di mayoritas penduduk Saudi ”, begitu saudaraku mewanti-wanti. 

 “Ah..Disinilah baru terasa indahnya Mesir, asri dan damainya Kairo, sang kota idaman yang bebas, menghargai perempuan, kaya akan khazanah keilmuannya, ramai dengan tokoh-tokoh keilmuannya”, gumamku senada dengan keluhan teman-temanku juga. Di Saudi, jangankan untuk berjalan sendirian, naik taksi bersama dua teman perempuanku pun kami tak berani. Dan lagi, yang lebih mengecewakan, jangankan suka membaca, bersekolah pun mereka enggan. Pantaslah, penduduk Saudi hanya kaya materi namun miskin ilmu. Secara empiris, sebenarnya masih banyak yang ingin aku ungkapkan atas kemirisan dan kepedihan realitas yang aku saksikan, terlebih saat meratapi terali yang melilit dalam kubangan jeruji besi yang dialami kaum perempuan disini. Namun, tak cukup kulontarkan semuanya sekarang.

Walau dalam lubuk hati yang mendalam, ingin sekali melaksanakan umroh lagi, seperti mereka yang melaksanakannya berkali-kali, hanya saja pelaksanaan miqat nya yang memberatkan. tapi biarlah…tak mengapa..mungkin disini Allah lebih banyak menyuruhku untuk berkontemplasi penuh. Kuyakin, ada hikmah dibalik semua ini. selain kubisa menikmati indahnya arti perjuangan, ku juga jadi lebih banyak berpikir dan berpikir, tadabbur dan tafakkur, mendialogkan hati dan akal, menelusuri arus berdesirnya ruh-ruh keimanan, menatap, memandang dan menilai tanda-tanda keESAan Allah dari pancaran cahayaNYA yang senantiasa menyelimuti masjid nan megah ini .

Kembali kuteringat sebuah prinsip yang disematkan guruku, “utamakan Sholat (Ibadah) dan Berpikir”. Karena dengan beribadah sambil berfikir, semakin aku merasakan nikmatnya hakikat Iman dan Islam. Dan benar adanya, secara hakikat, ibadah haji tak hanya dilaksanakan sebatas syari’at saja, namun juga harus diimbangi dengan ma’rifat. Naah..disinilah kemampuan tadabbur, berpikir dan berkontemplasi memiliki peran yang amat urgen adanya.

Haji, Perjalanan air mata

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Al-Hajju ‘arafah, haji ialah arafah. Tersebut, ada tiga tempat sakral dalam haji yang dijanjikan terijabahnya doa dan amalan, 1. Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah), 2.  Arafah (padang Arafah yang didalamnya terdapat Jabal Rahmah),  dan 3. Raudha (antara Makam dan mimbar Rasulullah SAW). 

Wukuf di Arafah tahun ini  jatuh pada hari kamis, Tanggal 9 dzulhijjah 1430 H yang bertepatan pada tanggal 26 November 2009 M. Alhamdulillah, atas segala nikmatNYA, Allah masih menganugerahkanku kekuatan dan kesehatan untuk menjalaninya. Namun, rupanya Hujan deras ikut menyambut mengiringi hari Arafah tahun ini. membuatku dan beberapa jamaah haji yang lain terpaksa harus mendelay hari tarwiyahnya, dan belum bisa bermalam di Arafah. Maka, aku beserta teman-teman dan saudara-saudaraku mulai berangkat dipagi harinya (hari wukuf).

Subhanalllah….sejauh mata memandang, dari jabal Rahmah, padang arafah nampak seperti taman yang bertaburan bunga-bunga kapas putih. Allahu Akbar…itukah tubuh manusia??? Rabb…rupanya semuanya sama dihadapanMU. panas terik matahari yang semakin garang membakar tubuh, lapar haus dahaga yang melilit perut,  tiada mereka indahkan. Layaknya Dalam satu komando, mereka berbondong-bondong  menyeru asmaMU, bersimpuh tunduk penuh khusyu’ mengharapkan rahmatMU. Bibir terasa kelu, lisan pun membisu, hanya berbahasakan linangan air mata. Seakan dosa-dosa melebur seiring tetesan air mata yang mengalir..amin ya robbal alamin.

Kuberpikir, inikah keadaan manusia di padang mahsyar nanti???

Setelah matahari terbenam, ketika malam mulai larut, merangkak menuju ruang gelap-gulitanya, kembali ku bergegas menuju muzdalifah untuk bermalam disana dan sambil lalu mengumpulkan beberapa kerikil yang hendak dilontarkan untuk jumroh di Mina nanti. Dalam perjalanan disepanjang bebukitan muzdalifah, kulihat  jutaan manusia mulai merebah, tidur terlentang dengan bibir yang terus bergerak dan tangan bergetar…”oh Rabb…dihamparan bukitMU nan lapang, kami sebuih kapas bernyawa ini menempel. Lemah, kecil, kotor, berbekal tumpukan dosa yang mengarat ditubuh kami…akankah Kau hendak mengusap jiwa bertubuh dosa ini? Rabb… hanya peluk mesraMU, belaian kasih sayangMU, sentuhan-sentuhan cintaMU yang kuimpikan…

Dipenghujung sepertiga malam, tepatnya sekitar pukul 02.00 dini hari, masih bersama dalam satu rombongan, kuberanjak lagi menuju masjidil haram untuk melaksanakan Thowaf Ifadhah, Sa’I dan kemudian tahallul. Malam ini terasa damai nan indah…gemerlapan kerlap-kerlip cahaya lampu yang menghiasi Masjidil Haram mencerminkan titisan NUR ILAHI yang sangat menakjubkan. Terbentang sayap-sayap jutaan malaikat yang menaunginya, menambah pesona kemegahan istana suciNYA.

Keesokannya, ku bersiap-siap tuk menempuh perjalanan ke Mina. Tepat pukul 21.00 malam hari, aku beserta rombongan mulai bergegas dengan botol kerikil ditangan. Kumelewati jalan terowongan Mina, lantas bergegas ke arah pelontaran Jumroh ‘Aqabah. Selanjutnya, mabit (bermalam) di Mina hingga menjelang Subuh. Begitu selanjutnya hingga dua hari berturut-turut.

Alhamdulillah…kesyukuran yang mendalam, perjalanan ibadah haji berjalan lancar, mudah seiring Nikmat dan limpahan Anugerah yang diberikanNYA. Semoga haji Mabrur, Cinta suci nan abadi, Rindu nan menderu, serta nikmatnya Iman dan Islam ikut mengiringi sepanjang langkah perjalanan hidup kami..selamanya…amin Allahumma amin. {Bersambung…nanti setelah ujian 🙂 }

 

 

 


5 thoughts on “Ibadah Haji; 30 hari mencari Cinta

  1. smoga perjalanan mencari cintanya, tdk sia2 dan mendapatkan balsan cinta yang sangat dirindukan oleh seluruh org islam yaitu predikat haji mabrur, PREDIKAT yang selalu menyertai setiap tingkahlakumu. dan mba’ aq minta bantuan do’ax untuk mbah yang lagi sakit moga2 disembuhkan oleh ALLAH SWT dan umix mba’ smoga diringankan dalam merawat beliau. kan do’a org pulang haji inysa ALLAH makbul.

    1. waalaikumussalam…ini inab sepupuku itu khan? hey..pa kabar sayang? wah kangen nih…sekarang ngelanjutin sekolah dimana? dah kuliah belum? iya..makasih ya atas doanya…afwa lama ga balas..coz mbak jarang ke warnet.

      iya..mbak akan selalu doain semua keluarga..apalgi untuk kakek tercinta. mbak juga berharap ntar pulang ke indo masih bisa ngerawat beliau. doain ya neng..mbak insya Allah tahun depan ini pulang ke indonesia…mohon doanya semoga lancar study dan lulus license. bulan depan mbak akan menghadapi ujian…doian ya sayaang…miss u much

  2. Aslm, subhnllh wl hamdulillh wlaa Ilaaha illallh wallahu akbr. Sunggh, bgitu besar nikmt yg qt rasakan bs memenuhi pangglnNYA. Smg qt tmsk golgn org2 yg pandai bsykr.

Leave a reply to Maik Cancel reply